Kayangan. (2/06/2014). Bermula pada sebuah salam, dengan khas senyuman seorang bocah-bocah SMA yang masih polos, serta tatapan yang bertanya-tanya siapa aku, dia, dan mereka.
Ini semua tentang sebuah praktikum. Praktikuim yang seorang mahasiswa tingkat akhir. Dimana penulis memauki kampus kependidikan dan mengharuskan praktik di sebuah sekolah. Memilih sekolah? Entahlah. Ini kota orang, dan tidak menau sekolah mana yang sebaiknya dipilih. Sekolah di kota Kembang? Rasanya terlalu bosan untuk menjamah kota ini. Sedikit ke timur, ya, Cimahi. Kota yang dulu masih Madya kini resmi menjadi kota tersendiri. Akhirnya penulis pilih SMAN 1 Cimahi sebagai tempat praktikan bereksperimen.
Tidak banyakk menau dengan hal bagaimana sekolah ini. Yang jelas, sekolah dengan lahan seadanya, tanpa harus meminjam lahan orang, dan bisa nyaman belajar dengan tenang bagi para siswa. Terlihat bersemangat hari itu, awal Februari, dimana upacara pertama kalinya sebagai guru dan upacara pertama setelah 4 tahun tidak mengikuti panasnya lapangan upacara kembali.
Terlihat tanda tanya besar dibenak siswa-siswi di lapangan. Siapa aku? Dia? dan Mereka? Ah rasanya tidak perlu memperkenalkan di lapangan tersebut. Cukup dengan melihat senyum mereka, penulis akan tahu betapa ramahnya sambutan siswa-siswa kepada kami.
Hari mengajar dan memulai salam pun tiba. Jumat diawal Februari, dimana salam bisa ku ucap, dan riuh gaduh bisik tertangkap jelas disetiap sudut kelas. Malah, aku yang bertanya, siapkah aku disini untuk 4 bulan ke depan? Siap tidak siap maka ini lah saatnya kenyataan. Tidak lagi mengajar depan cermin kotor dan kecil. Tidak lagi mengajar anak-anak SD di mesjid tiap bulan puasa tiba. Inilah sekumpulan remaja yang sudah mengenal dunia luar. Mungkin lebih luas mengenalnya dari pada penulis.
Memulai Dengan Sebuah Pena
Ini semua tentang sebuah praktikum. Praktikuim yang seorang mahasiswa tingkat akhir. Dimana penulis memauki kampus kependidikan dan mengharuskan praktik di sebuah sekolah. Memilih sekolah? Entahlah. Ini kota orang, dan tidak menau sekolah mana yang sebaiknya dipilih. Sekolah di kota Kembang? Rasanya terlalu bosan untuk menjamah kota ini. Sedikit ke timur, ya, Cimahi. Kota yang dulu masih Madya kini resmi menjadi kota tersendiri. Akhirnya penulis pilih SMAN 1 Cimahi sebagai tempat praktikan bereksperimen.
Tidak banyakk menau dengan hal bagaimana sekolah ini. Yang jelas, sekolah dengan lahan seadanya, tanpa harus meminjam lahan orang, dan bisa nyaman belajar dengan tenang bagi para siswa. Terlihat bersemangat hari itu, awal Februari, dimana upacara pertama kalinya sebagai guru dan upacara pertama setelah 4 tahun tidak mengikuti panasnya lapangan upacara kembali.
Terlihat tanda tanya besar dibenak siswa-siswi di lapangan. Siapa aku? Dia? dan Mereka? Ah rasanya tidak perlu memperkenalkan di lapangan tersebut. Cukup dengan melihat senyum mereka, penulis akan tahu betapa ramahnya sambutan siswa-siswa kepada kami.
Hari mengajar dan memulai salam pun tiba. Jumat diawal Februari, dimana salam bisa ku ucap, dan riuh gaduh bisik tertangkap jelas disetiap sudut kelas. Malah, aku yang bertanya, siapkah aku disini untuk 4 bulan ke depan? Siap tidak siap maka ini lah saatnya kenyataan. Tidak lagi mengajar depan cermin kotor dan kecil. Tidak lagi mengajar anak-anak SD di mesjid tiap bulan puasa tiba. Inilah sekumpulan remaja yang sudah mengenal dunia luar. Mungkin lebih luas mengenalnya dari pada penulis.
Memulai Dengan Sebuah Pena
Pada dasarnya, pena dibuat untuk memudahkan seseorang menyimpan sebuah sejarah. Begitupun penulis yang selalu pegang pena dalam kondisi apapun. Entah itu karena gugup dan lainnya. Membantu? Ya.
Memulai pelajaran dengan bahan materi seadanya. Namun harus tetap berkesan dihari pertama mengajar. Seorang Taurus akan tahu betul bagaimana memulai awal yang baik akan sangat berpengaruh pada pertemuan lainnya. Dan itu pun terjadi. Sempurna? Tidak harus, yang penting mereka nyaman.
1, 2, 3, 4 bulan berlalu. Ahirnya meraba jenis tiap kelas dan ahirnya bisa mulai terbiasa.
Ips 1
Ah sekumpulan jenis spesies yang satu ini awalnya sedikit merambah pikiran. Banyak kaum adam, segelintir mahluk hawa. Namun nyatanya mereka penurut. Aktif. Lumayan kritis walau hanya segelintir orang saja.
Disisi lain, mereka memiliki kekompakan dalam hal menciptakan gaduh. Rasanya wajar. Mayoritas mahluk yang berjakun. Namun seru. Bisa tertawa. Oia hampir lupa, ada yang mengatakan saya mirip dengan satu mahluk disana. Entahlah, tapi ya ku anggap adik.
Ips 2
Sekumpulan mahluk berjakun yang pintar memainkan si kulit bundar. Sang juara turnamen antar kelas dibidang futsal, kerap kali hening, gaduh, dan ramai lancar.
Tidak ingat apa materi yang disampaikan. Yang jelas teori "Prasetya Theory" tersampaikan yaitu Good-God = 0. Artinya? Tanyakan saja pada ombak yang berhilir.
Riuhnya menyenangkan. Kaum hawa hanya minoritas namun asik dibawa pulang. Waw.
Ips 3
Ini lah kelas tergaduh, sulit direda bila tak ada pementor yang memantau. Ah lagi pula disini kebanyakan spesies berdada (ups). Ya siapa lagi kalo bukan wanita. Ada kaum "Tralala" "Trilili" "Tarakdungces" dan lainnya.
Gaduhnya mereka diimbangi oleh kritisnya pemikiran mereka. Banyak bertanya dan sesat dalam menjawab. Ah tidak, mereka luar biasa.
***
Dalam kaitannya dalam mengajar, kita tahu bahwa apa yang paling memuaskan bagi seorang guru ialah ketika semua muridnya bisa memahami yang kita ajarkan. Jangan sekali-kali memaksa mereka. Mereka bukan hewan yang harus disuapi. Mereka bukan tumbuhan yang harus selalu disiram. Mereka adalah sekumpulan manusia yang punya letih, dan bosan, bahkan memori otak mereka hanya akan berjalan ketika apa yang mereka gemari sedang mereka tatapi dan itulah dimana paham akan berjalan.
Buatlah mengajar seperti bermain. Bermain dengan menemukan jawaban baru dalam sebuah tanya yang kritisi untuk solusi negeri ini.
****
Saya ucapkan terimakasih kepada segenap murid-murid XI-IPS 1,2,&3 yang telah dengan baik bisa diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran. Inilah pengalaman saya. Menemukan hal baru tanpa harus memulai hal yang rumit.
Saya Nirfan, terimakasih.
Sampai jumpa
Komentar
Posting Komentar