Terimakasih Ibu, tanpamu aku bukanlah siapa-siapa. Kau
ajarkan aku arti hidup, dank au pulalah yang mengerti aku. Kau dengan
semangatmu menjadikanku seperti ini, walau balas belum menemui budi, tapi
tujuan dan niat selalu ada untuk membasuh kedua kakimu. Terimakasih tatkala
sepi temaniku, kau dahaga yang harus ku temui. Rindu dalam jarak adalah
untukmu, bukan untuk siapa-siapa. Jasamu tak mampu terucap dengan kata-kata.
Terimakasih Ayah, walau aku belum mengetahui siapa itu ayah,
namun aku percaya sosokmu akan ku gantikan kelak. Kau selalu menjadi pembangga
dalam kisah hidup ini. Meski harus menempuh jarak, aku disini mengurung rasa
rindu yang dalam untuk temui kebahagiaan dalam sosok ayah. Bukan maksudku acuhkanmu,
tapi keadaan yang membuat kau dan aku saling tak merangkul. Namun dengan semua
itu tetap kau ayah dari urat nadiku. Ciptaku tanpamu bukan menjadi arah
hidupku.
Terimakasih Kakek-Nenek, walau aku tak ingat sosokmu,
apalagi Nenek, aku tahu betul dari kisah yang ku dengar dari sanak serta
keluargaku. Disetiap angan terdapat satu hasrat ingin bertemu. Dan doa ku
selalu menjadi penyebrang kala gelap menghampiri. Semoga bahagia dialam pembeda
kita, karena disini kami pun akan menemuimu.
Terimakasih Saudaraku, walau tak terhitung banyaknya sanak,
tapi aku yakin kau tempat kedua yang jadikan ku seperti ini. Kalian menjadikan
ku siapa aku. Dan kalian pulalah yang menjadikanku apa itu persaudaraan.
Terimakasih Sahabat, denganmu hati ini tenang. Tidak ada
ragu untuk sama-sama melangkah. Kau artikan llangkah ini berbagi. Bukan saling
menyikut. Sedikit saja kesedihan yang tertanam, itu akan menjadi kesedihan
berlarut dan parallel dihatiku. Kau ialah hiasan disetiap senyumku.
Terimakasih Teman, tanpa kehadiranmu, mungkin saja aku hanya
sebatang lidi yang tak mampu membersihkan dedaunan yang berserakan. Denganmu kini
terlukis arti hidup, arti persaingan, hingga arti berbagi. Kau merupakan
bayangan penyeimbang disaat sepi.
Terimaksih Kisah lama, dari kalian aku belajar mencintai
mahluk Tuhan. Dari kalian pulalah aku mengerti bagaimana nikmatnya memadu
asmara. Dan dari kalian pulalah aku merasakan pahit serta jatuhnya hati yang
mendasar. Bukan maksudku melupakanmu, namun adakalanya kisah lama tak terulang
dalam kisah selanjutnya. Dukamu olehku akan menjadikan kalian dewasa, begitupun
sebaliknya. Kalian ialah kisah lama penyeimbang sentuhan hati setiap insan.
Terimkasih pahlawan, tak mampu aku bisa seperti kalian. Banyak
pahlawan yang juga tak mampu aku sebutkan. Guruku pun pahlawan dalam
mengajarkan arti pengetahuan. Sama seperti prajurit Tuhan, kau pun membela Negara
Tanah Air ini dengan keikhlasan waktu yang kalian perjuangkan.
Terimakasih Cinta, kau ajarkan bagaimana manis, pahit, serta
duka yang mendalam untuk hati ini. Cinta sejati memang belum ku miliki, namun
ada saja kisah menarik disetiap kelembutannya. Dan terimakasih untukmu kekasih
saat ini.
Alunan terimkasih bukanlah sajak dari mulut. Jika kita mampu
maknai dengan hati, maka terimakasih itu adalah suatu doa yang begitu istimewa.
Bahkan kita mampu ciptakan senyum untuk orang lain. Bukankah membuat senyum
orang lain itu ialah ibadah?
Komentar
Posting Komentar