Bayangkan, disaat kamu selalu bisa ada untuknya, tapi dia yang jarang bahkan sesulit buat ada utuk kamu.
Bayangkan, saat kamu lagi butuh-butuhnya dia, tapi dia hanya lebih bisa ada buat temen-temennya.
Bayangkan, saat kamu lagi ingin ngebuat dia tersenyum, tapi dia lebih milih senyum sama temen-temennya.
Bayangkan, saat kamu lagi butuh semangat dari dia, tapi dia hanya bilang 'jangankan ngebuat kamu senyum, aku senyum aja susah', padahal setiap waktu kamu ingin ngebuat dia tersenyum.
Bayangkan, saat kamu sakit, dan berharap dia ada nemenin kamu, tapi dia lebih milih pergi sama temen-temennya.
Bayangkan, saat kamu mulai ngerasain kangen dan pengen ketemu dia, tapi nyatanya dia sibuk dengan tugas setiap hari, apa gak ada waktu sedikit buat kamu?.
Bayangkan, saat dijanjiin hari H untuk ketemu tapi nyatanya harus nunggu kepastian karena dia lagi sibuk dengan keluarganya, dan ditawarkan hari besoknya, tapi satu kata dari dia, 'Gimana besok saja'.
Bayangkan, saat kamu udah bener-bener sayang sama dia dan sedikitpun gak pernah ngelirik yang lain, tapi setiap waktu kamu selalu makan hati, tapi segalanya kamu milih bertahan.
Bayangkan, saat kamu ngomong dengan banyak yang diucapin tapi dia jawab hanya sedikit ucapan bahkan terkesan dingin, jutek.
Bayangkan, saat kamu rela berkorban, waktu dan pikiran untuk dia, tapi dia tidak bisa berkorban seperti itu.
Bayangkan, saat kamu kangen, tapi dia sama sekali gak kangenin kamu.
Bayangkan, saat kamu terus perhatian dengan sederet pesan ucapan selamat pagi, malam dan sederet pesan untuk ingetin segala hal, tapi dia gak respon apapun dan terkesan biasa.
Bayangkan, saat kamu dideketin sama orang yang kamu harepin si dia bakal kaya orang ini tapi kamu milih si dia karena apapun yg dia lakuin ke kamu sesakit apapun itu, kamu tetap bertahan demi nama Cinta.
Bayangkan, saat kamu mencoba hibur dia tapi dia hanya menganggap hiburan kamu basi.
Dan bayangkan, saat kamu mengabarinya saat kamu sakit, down, lagi butuh dia, tapi dia gak ada dan bahkan hanya bilang 'males' untuk temui kamu.
Kayangan. (2/06/2014). Bermula pada sebuah salam, dengan khas senyuman seorang bocah-bocah SMA yang masih polos, serta tatapan yang bertanya-tanya siapa aku, dia, dan mereka. Ini semua tentang sebuah praktikum. Praktikuim yang seorang mahasiswa tingkat akhir. Dimana penulis memauki kampus kependidikan dan mengharuskan praktik di sebuah sekolah. Memilih sekolah? Entahlah. Ini kota orang, dan tidak menau sekolah mana yang sebaiknya dipilih. Sekolah di kota Kembang? Rasanya terlalu bosan untuk menjamah kota ini. Sedikit ke timur, ya, Cimahi. Kota yang dulu masih Madya kini resmi menjadi kota tersendiri. Akhirnya penulis pilih SMAN 1 Cimahi sebagai tempat praktikan bereksperimen. Tidak banyakk menau dengan hal bagaimana sekolah ini. Yang jelas, sekolah dengan lahan seadanya, tanpa harus meminjam lahan orang, dan bisa nyaman belajar dengan tenang bagi para siswa. Terlihat bersemangat hari itu, awal Februari, dimana upacara pertama kalinya sebagai guru dan upacara pertama setelah ...
Komentar
Posting Komentar