Langsung ke konten utama

Politik Itu....

Berbicara politik, tentunya kita akan berbicara tentang sebuah kekuasaan. Bukan rahasia lagi bahwa kekuasaan bersangkut paut dengan politik. Tanpa terjun ke dunia politik, seseorang akan sulit untuk menguasai suatu kawasan/ daerah/ negara.

Politik Indonesia
Berbicara mengenai politik Indonesia, maka yang akan mudah diingat adalah pemimpin, jabatan, bahkan korupsi. Politik di Indonesia memang masih carut-marut. Banyaknya kekuasaan yang disalah gunakan membuat dunia perpolitikan Indonesia sangat keras, kejam bahkan saling membunuh hanya untuk mengambil sebongkah kursi kepemimpinan.

Lain halnya dengan sebuah tatanan. Sistem politik Demokrasi yang mana di agung-agungkan oleh negara-negara maju semacam USA, pada dasarnya sulit diterapkan di Indonesia. Memang sistem saat ini jauh lebih baik dari rejim orde baru yang pada saat itu otoriter menjadi hal yang sangat mencekam. Masih sangat Tabu bila kita membicarakan politik itu sendiri.

Terlepas dari itu semua, akar permasalahan memang bukan dari bagaimana politik itu berjalan, namun dari bagaimana pejabat dan orang-orang ternama negara tidak melakukan kekuasaan sebagai jalan untuk mensejahterakan dirinya. Seharusnya politik itu untuk mensejahterakan kepentingan bangsa. Namun sekali lagi, ada akar dimana "Ada uang maka jalan akan mulus" selalu saja berpolemik dalam hal tersebut. Sungguh ironis.

Jika harus menunggu pemimpin hebat yang merakyat, itu akan sia-sia. Semua pemimpin yang ingin menjadi pemimpin disokong dana oleh partai politiknya. Maka tak heran, setelah terpilih jadi pemimpin, sang terpilihpun harus mampu membalas budi partainya. Karena memang uang yang dikeluarkan tidak sedikit.

Maka dari itu, berpikirlah untuk sebuah negara dan bangsa dalam sebuah politik. Korupsi memang sangat sulit diberantas, namun bisa dicegah dengan cara sedini mungkin kita menolak hal tersebut.

Jadi politik itu.... Ah sudahlah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermula Pada Salam, Berakhir Pada Senyuman

Kayangan. (2/06/2014).  Bermula pada sebuah salam, dengan khas senyuman seorang bocah-bocah SMA yang masih polos, serta tatapan yang bertanya-tanya siapa aku, dia, dan mereka. Ini semua tentang sebuah praktikum. Praktikuim yang seorang mahasiswa tingkat akhir. Dimana penulis memauki kampus kependidikan dan mengharuskan praktik di sebuah sekolah. Memilih sekolah? Entahlah. Ini kota orang, dan tidak menau sekolah mana yang sebaiknya dipilih. Sekolah di kota Kembang? Rasanya terlalu bosan untuk menjamah kota ini. Sedikit ke timur, ya, Cimahi. Kota yang dulu masih Madya kini resmi menjadi kota tersendiri. Akhirnya penulis pilih SMAN 1 Cimahi sebagai tempat praktikan bereksperimen. Tidak banyakk menau dengan hal bagaimana sekolah ini. Yang jelas, sekolah dengan lahan seadanya, tanpa harus meminjam lahan orang, dan bisa nyaman belajar dengan tenang bagi para siswa. Terlihat bersemangat hari itu, awal Februari, dimana upacara pertama kalinya sebagai guru dan upacara pertama setelah ...

Surat Untuk Langit

Semua orang terlahir sama. Benar, semua menjadi Manusia. Baik terlahir dalam keadaan sempurna maupun tidak sempurna, semua sama dimata Sang Pencipta. Di dunia ini, banyak kasta dalam kategori manusia. Ada kasta terkaya, kaya, sederhana, secukupnya, cukup, kurang cukup, bahkan sulit. Semua sama, karena materi hanya sebagian kecil dihitung didunia ini. Kematian? Tak akan pernah membawa materi. Kecuali, materi itu digunakan untuk kebaikan. Agama di dunia ini berbeda-beda. Ada agama universal yang diakui oleh dunia, Nasrani (Katolik dan Protestan), Islam, Hindu, Budha, Konghuchu. Dan masih banyak lagi agama yang didapat dari kebudayaan, atau pun turun temurun yang biasa disebut kepercayaan lokal. Namun dalam hal ini, semua agama meyakini Tuhan itu satu. Dzat yang tidak bisa dilihat, namun bisa diyakini bahkan menjadikan Dia sebagai pelindung, hakim, dan kebenaran tertinggi yang mutlak. Maka dari itu, semua manusia itu sama. Dalam hal bahasa, mengapa semua berbeda? Karena semua manusia i...

Ingatlah

Terkadang kita lupa dengan apa itu setelah kehidupan. Tidak ada lagi harta yang dapat dikumpulkan, tidak ada lagi rasa senyum, hanya penyesalan yang membuat kita terdiam dan bahkan menjadikan diri sendiri sebagai sesuatu yang hina. Kematian. Benar, kematian. Tidak ada yang mampu mengelak dari sebuah kematian. Dimana rangkaian kehidupan akan berahir disini dan semua kembali kepada sang pencipta. Tidak ada alsan logis kemana kita dalam kematian. Hanya saja, tanah akan menjadi tempat kita. Ya, satu lubang tanah yang menjadikan kita terdiam, kaku, bahkan tak mampu berbuat baanyak. Sodara, cobalah renungkan bagaimana hidup kita ini. Jika memang segala perintah-Nya kita jalani, niscaya akan tenang jalan hidupnya. Ia hanya akan menunggu saat-saat indah kematian, walaupun tidak ada yang mau meninggalkan dunia ini dengan cepat. Kita sebagai manusia sadar, bahwa banyak dan akan menciptakan dosa. Namun kita memiliki hati, yang mana butuh keimanan yang kuat agar kita mengenal siapa Tuhan kit...